Di tengah gaya hidup modern, gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian. Mulai dari bangun pagi untuk mengecek notifikasi, bekerja dengan laptop seharian, hingga bersantai dengan menonton video di tablet sebelum tidur—semua aktivitas ini membuat mata bekerja tanpa henti. Namun, di balik kenyamanan teknologi, tersembunyi ancaman serius bagi kesehatan penglihatan yang sering diabaikan hingga gejalanya sudah parah.
Sindrom penglihatan komputer (computer vision syndrome atau CVS) adalah kondisi yang dialami oleh lebih dari 70% pengguna gadget intensif, menurut penelitian dari American Optometric Association. Gejala awal seperti mata kering, terasa berat, atau penglihatan sedikit kabur sering dianggap remeh dan diatasi hanya dengan menggosok mata atau meneteskan obat tetes biasa. Padahal, jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan penglihatan jangka panjang, termasuk peningkatan risiko miopia progresif pada anak muda dan degenerasi makula dini pada orang dewasa.
Salah satu penyebab utama adalah cahaya biru yang dipancarkan oleh layar LED pada smartphone, laptop, dan TV. Cahaya biru memiliki panjang gelombang 380–500 nm, yang mampu menembus lapisan pelindung mata hingga mencapai retina. Paparan berulang dalam jangka panjang dapat menyebabkan stres oksidatif pada sel-sel fotoreseptor, mempercepat penuaan mata. Selain itu, saat menatap layar, frekuensi kedipan mata menurun hingga 66% dari normal. Akibatnya, lapisan air mata menguap lebih cepat, menyebabkan mata kering kronis dan iritasi.
Untungnya, perlindungan mata tidak harus rumit. Mulailah dengan aturan 20-20-20 yang telah terbukti efektif: setiap 20 menit, alihkan pandangan ke jarak minimal 6 meter selama 20 detik. Ini memberikan kesempatan bagi otot siliar—otot yang mengatur fokus lensa mata—untuk rileks. Selain itu, perkuat pertahanan mata dari dalam dengan asupan nutrisi yang tepat. Vitamin A dari wortel, ubi jalar, dan hati ayam menjaga fungsi sel batang dan kerucut di retina. Sementara lutein dan zeaxanthin—antioksidan yang terkonsentrasi di makula—berfungsi sebagai pelindung alami terhadap cahaya biru. Kedua zat ini banyak ditemukan dalam bayam, kangkung, telur, dan paprika kuning.
Lingkungan kerja juga berperan besar. Pastikan pencahayaan ruangan tidak terlalu redup dibandingkan layar, karena kontras tinggi memaksa mata bekerja lebih keras. Gunakan lampu meja dengan cahaya hangat (2700–3000K) dan hindari posisi duduk yang menghadap langsung ke jendela terang. Jika memungkinkan, gunakan kacamata dengan lensa anti-cahaya biru saat bekerja di malam hari—namun pilih yang tanpa klaim medis berlebihan, cukup yang memiliki sertifikasi filter cahaya biru standar.
Dengan memadukan kesadaran akan risiko, kebiasaan istirahat teratur, dan pola makan kaya nutrisi, Anda dapat tetap menikmati manfaat teknologi tanpa mengorbankan kesehatan mata. Ingat, mata adalah investasi seumur hidup—lindungi sejak dini sebelum kerusakan menjadi permanen.
